GRESIK – Anggota DPD RI, Lia Istifhama, melakukan kunjungan kerja ke SDN 13 Gresik, ia menegaskan setiap anak berhak merasakan sekolah yang nyaman dan inklusif.

Ia menyebut, di SDN 13 Gresik, hanya menerima lima siswa ABK setiap tahun karena sokongan anggaran terbatas.

“Pendidikan inklusi bukan hanya soal regulasi. Ini tentang memastikan setiap anak merasa diterima. Bayangkan, ada banyak anak yang ingin sekolah di sini. Tapi sekolah hanya bisa menerima lima. Sementara kebutuhannya jauh lebih besar,” tutur Lia, Kamis (20/11)

Lia memaparkan orang tua pun kerap kebingungan mencari sekolah lain karena rujukan inklusi di Gresik sangat sedikit. 

“Beberapa di antara mereka terpaksa menempuh jarak jauh setiap hari.” tambahnya.

Bahkan lanjut Lia, orang tua harus mengantar anaknya hingga 15 kilometer karena sekolah inklusi terdekat tidak tersedia di kecamatannya. 

Ada pula ibu yang membonceng anak dengan kondisi tubuh besar atau obesitas, penuh kekhawatiran setiap kali melintasi jalanan.

“Mereka tidak hanya berjuang untuk mengantar. Mereka sedang memperjuangkan masa depan anaknya,” kata Lia 

Melihat kondisi ini, Lia mengajak pemerintah pusat untuk memberi perhatian lebih besar terhadap pendidikan inklusi. 

Ia berharap Presiden Prabowo Subianto serta Kemendikdasmen membuka ruang kebijakan yang lebih berpihak.

Lia pun mendorong penambahan anggaran BOS bagi sekolah inklusi, serta pemerataan sekolah inklusif berbasis kecamatan agar orang tua tidak lagi menempuh jarak jauh.

Lia mengakui sekolah-sekolah inklusi telah memberikan yang terbaik, bahkan dengan sumber daya yang terbatas. Karena itulah negara harus menambah dukungan.

“Sekolah inklusi telah membuka pintu dan hati untuk anak-anak kita. Kini negara perlu hadir lebih kuat. Ini bukan hanya tentang pendidikan, tapi tentang martabat anak-anak Indonesia,” tutupnya.