JAKARTA – Stargate (1994) membuka kisah dengan penemuan artefak misterius berbentuk cincin raksasa di Mesir. Benda kuno itu menyimpan simbol aneh yang kelak diketahui sebagai peta menuju dunia lain. Dari sinilah cerita fiksi ilmiah bercampur mitologi mulai bergerak.

Daniel Jackson, seorang ahli bahasa yang kerap diremehkan, berhasil memecahkan kode simbol Stargate. Temuannya membawa ia bergabung dengan misi militer yang dipimpin Kolonel Jack O’Neil. Mereka melangkah melewati gerbang dan tiba di sebuah planet gurun yang asing.

Di planet tersebut, tim menemukan peradaban manusia yang hidup seperti Mesir kuno. Penduduknya menyembah sosok bernama Ra, makhluk yang dianggap dewa. Perlahan terungkap bahwa Ra bukan dewa, melainkan entitas kuat yang menguasai teknologi canggih dan memperbudak manusia.

Daniel mulai membangun hubungan dengan penduduk setempat dan menyadari bahwa simbol Stargate bukan hanya alat perjalanan, tapi juga kunci pembebasan. Sementara itu, O’Neil dihadapkan pada konflik batin antara menjalankan misi militer dan melindungi masyarakat yang tertindas.

Ketegangan meningkat saat Ra menyadari ancaman dari manusia bumi. Pertarungan tidak hanya berlangsung secara fisik, tetapi juga ideologis, antara kekuasaan absolut dan keinginan untuk merdeka. Teknologi futuristik berpadu dengan nuansa kuno yang kuat.

Film ini menonjol lewat dunia yang luas dan konsep perjalanan antarbintang yang terasa segar pada masanya. Stargate memperlihatkan bagaimana mitologi bisa dijelaskan lewat sains fiksi tanpa kehilangan daya magisnya.

Di akhir cerita, Stargate menegaskan bahwa pengetahuan bisa menjadi senjata paling kuat. Gerbang mungkin bisa ditutup, tetapi rasa ingin tahu manusia selalu menemukan jalan baru. Film ini menjadi fondasi dunia Stargate yang kelak berkembang menjadi serial panjang.