Kisah pilu penambang tradisional di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo, dijadikan tameng untuk kepentingan pengelola PETI yang menggunakan alat berat. Mereka yang sehari-hari mencari nafkah dengan menambang emas secara tradisional, kini harus bertahan hidup di bekas galian Eksavator.

Menurut salah satu penambang tradisional, mereka telah kehilangan sumber penghasilan karena aktivitas penambangan emas ilegal yang menggunakan alat berat. Mereka yang dulunya bisa mencari emas secara tradisional, kini harus bergantung pada bekas galian Eksavator untuk mencari sisa-sisa emas.

“Kami sangat sulit untuk mencari nafkah sekarang. Aktivitas penambangan emas ilegal yang menggunakan Eksavator telah merusak lingkungan dan menghilangkan sumber penghasilan kami,” kata salah satu penambang tradisional.

Ratusan warga lokal di Kabupaten Pohuwato menggantungkan hidupnya di lokasi pendulangan emas di aliran sungai Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.

Disalah satu kubangan bekas galian Eksavator terlihat puluhan pendulang emas berada di dalam lubang bekas penggalian eksavator . Dengan menggunakan baki atau alat untuk mendulang, mereka menggoyang perlahan untuk memisahkan pasir dan butiran emas.

Salah seorang penambang emas rakyat mengatakan, lokasi pendulangan emas di Botudulanga sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Botu Dulanga itu bahasa daerah yang artinya, “batu pendulangan emas atau lokasi batu untuk pendulangan emas.”

Material yang mengandung emas di Pohuwato berada di banyak titik-titik pendulangan emas, namun sekarang sudah dikuasai Eksavator, penambang rakyat hanya mengais 1-2 gram emas dari bekas kubangan Eksavator.

Kalu dulu jangankan Eksavator yang masuk , menggunakan alat sedotan saja masih dilarang oleh aparat, cuma sekarang ini sudah bebas Eksavator yang masuk asalkan telah menyetorkan kontribusi sebesar 50juta ke pengelola lokasi.

Untuk hasil emas yang diperoleh, di kumpul untuk dijual ke penadah ada Ko andre dan ko Ben namanya bos besar yang ambil emas dari sini, minimal seminggu bisa mendapat 5-10 Kg emas dari lokasi yang ada di Kabupaten Pohuwato ini, akibatnya penambang tradisional hanya tinggal mencari di bekas galian alat berat, ironisnya jika ada sorotan terhadap aktivitas PETI yang menggunakan Eksavator penambang tradisional yang dijadikan tameng, ungkap Robby Najib salah satu aktivis lingkungan pohuwato.