MOJOKERTO – Petani jagung di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kini bisa bernafas lega setelah hasil panen mereka diserap oleh Bulog dengan harga yang sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Kepastian ini muncul setelah curhatan petani jagung mengenai harga murah yang mereka terima pada saat panen raya beberapa waktu lalu diterima oleh Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto. 

Menindaklanjuti keluhan tersebut, Kapolres langsung menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan Bulog, Dinas Pertanian, dan stakeholder terkait di Polres Mojokerto.

Dalam rakor tersebut, disepakati bahwa Bulog akan menyerap hasil panen jagung langsung dari petani dengan harga Rp 5.500 per kilogram, baik untuk jagung pipilan basah maupun kering. Kebijakan ini sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah.

AKBP Ihram mengungkapkan, untuk mendukung ketahanan pangan, Polres Mojokerto telah memanfaatkan 32,8 hektare lahan tidur yang tersebar di 14 kecamatan untuk ditanami jagung sejak tiga bulan lalu. Sampai saat ini, 17,58 hektare telah dipanen dengan hasil mencapai 103,4 ton jagung pipilan basah dan omzet sekitar Rp 580 juta.

“Masalah harga menjadi tantangan, namun dengan adanya rakor dan anev, Bulog akhirnya sepakat membeli hasil panen jagung langsung dari petani sesuai HPP,” jelas AKBP Ihram saat ditemui di Mapolres Mojokerto, Selasa (25/2).

Kepala Bulog Cabang Mojokerto, Muhammad Husin, mengonfirmasi keputusan tersebut. Meskipun berdasarkan SK Kepala Bapanas No. 18 Tahun 2025, Bulog diwajibkan membeli jagung kering seharga Rp 5.500/Kg, namun pasca rakor, Bulog berkomitmen untuk membeli baik jagung pipilan basah maupun kering dengan harga yang sama.

“Kami akan menanggung biaya pengeringan dan angkut dari petani ke mitra pengeringan jagung,” ujar Husin, yang memastikan bahwa Bulog akan langsung turun ke lokasi untuk membeli hasil panen dari petani.

Selain itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Nuryadi, menyatakan produksi jagung di wilayahnya pada tahun 2024 mencapai 266.000 ton dengan luas lahan sekitar 30.000 hektare, dan menargetkan produksi akan meningkat menjadi 268.000 ton pada akhir 2025.

Keputusan Bulog ini disambut gembira oleh petani jagung. Seperti yang disampaikan Irwan (35), perwakilan petani dari Desa Lebakjabung, Jatirejo, Mojokerto, yang akan memanen jagung lokal seluas 3 hektare pada pertengahan Maret mendatang. “Harga Rp 5.500/Kg jauh lebih baik dibandingkan harga yang kami terima dari tengkulak selama ini,” kata Irwan.

Namun, Irwan juga mengungkapkan kesulitan dalam memperoleh pupuk bersubsidi, karena kelompok mereka belum terdaftar dalam RDKK. Meskipun demikian, ia berharap bisa segera mendapatkan pupuk bersubsidi untuk keperluan tanam berikutnya.

Sementara itu, petani jagung di Dusun Mendek, Desa Kutogirang, Kecamatan Ngoro, Sudiono, juga menyambut baik kebijakan Bulog tersebut. 

“Dengan harga yang ditawarkan Bulog, kami bisa untung lebih besar. Kalau harga yang sebelumnya hanya Rp 3.300/Kg, dengan harga Bulog kami bisa mendapatkan Rp 5.500/Kg,” ujarnya.

Terkait masalah pupuk, Perwakilan Pupuk Indonesia Mojokerto, Singgih, menjelaskan bahwa petani bisa mendaftar RDKK melalui Penyuluh Lapangan (PPL) setempat, dan pembaruan data RDKK dilakukan setiap empat bulan sekali. 

“Bagi petani yang belum terdaftar, bisa segera menghubungi PPL dan menggunakan pupuk nonsubsidi sementara waktu,” tandasnya.

Keputusan Bulog menyerap hasil panen dengan harga yang lebih menguntungkan bagi petani ini diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan petani jagung di Kabupaten Mojokerto.