JAKARTA – “Project Silence” bukan hanya film bencana biasa. Sutradara Kim Tae-gon menyajikan teror dalam dua bentuk bencana alam dan eksperimen militer yang lepas kendali. Berlatar di Jembatan Bandara Incheon, film ini menggiring penonton ke dalam situasi genting di mana manusia bukan hanya melawan alam, tetapi juga predator buatan manusia.
Alur: Terjebak di Tengah Kacau
Cerita dimulai dengan suasana mendung yang segera berubah menjadi horor. Kabut tebal menyebabkan kecelakaan beruntun di jembatan, memaksa para korban bertahan di tengah reruntuhan. Cha Jeong-won (Lee Sun-kyun) dan putrinya, Kyeong-min (Kim Su-an), menjadi bagian dari kekacauan ini. Namun, kecelakaan hanyalah permulaan.
Dalam bayang-bayang, eksperimen militer bernama “Project Silence” berubah menjadi ancaman nyata. Anjing-anjing hasil rekayasa genetika yang dirancang sebagai senjata mulai memburu manusia di tengah kepanikan. Para korban yang selamat harus menemukan jalan keluar sebelum jembatan runtuh, sementara ancaman semakin mendekat.
Karakter: Manusia di Tengah Bencana
Cha Jeong-won, seorang pegawai pemerintahan, tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk putrinya. Keputusannya yang cepat dan nalurinya sebagai ayah menjadi kunci dalam perjuangan mereka. Di sisi lain, EOD (Explosive Ordnance Disposal) Ju Ji-hoon menambah ketegangan dengan keahliannya dalam menghadapi situasi ekstrem.
Tokoh lainnya, termasuk petugas dan korban selamat lain, membentuk dinamika yang kompleks. Ada yang berusaha membantu, ada yang lebih mementingkan diri sendiri. Di tengah ketakutan, sisi manusiawi mereka diuji.
Pesan Moral: Bertahan atau Menyerah?
“Project Silence” menggambarkan bagaimana manusia bereaksi dalam situasi kritis. Ada yang memilih bekerja sama, ada yang justru memperburuk keadaan. Film ini juga menyinggung bahaya eksperimen militer yang lepas kendali sebuah peringatan bahwa manusia tidak selalu bisa mengendalikan ciptaannya sendiri.
Ketegangan, aksi, dan ketidakpastian menjadi kekuatan utama film ini. Meski efek visual anjing mutan sempat dikritik, ketegangan yang dibangun tetap berhasil membawa penonton ke dalam situasi yang menegangkan.