JAKARTA – Cinta yang tulus tak pernah meminta balasan, tapi bukan berarti ia tak punya batas. Ia tidak pernah tumbuh untuk dipuja, tapi juga tidak siap untuk terus disakiti. Karena sebesar apa pun cinta, jika terus-menerus diabaikan, diremehkan, atau dimanfaatkan, maka yang tersisa hanyalah sisa-sisa perasaan yang memilih bungkam.
Banyak orang bertanya-tanya: kenapa dia yang dulu hangat, kini terasa jauh? Kenapa dia yang begitu peduli, sekarang mulai bersikap dingin? Jawabannya tidak sesederhana “dia berubah”. Kadang, itu hasil dari luka-luka kecil yang dibiarkan menumpuk.
Sahabat Tikta Inilah delapan alasan mengapa ketulusan dalam cinta bisa layu, dan akhirnya memilih menjadi asing:
1. Terlalu Sering Diabaikan
Cinta adalah tentang hadir dan merasa hadir. Ketika yang dicintai terlalu sibuk dengan dunianya, lupa menyapa, bahkan lupa ada hati yang menunggu, maka perasaan pun perlahan surut. Bukan karena hilang rasa, tapi karena hati yang tulus pun bisa merasa tidak dianggap.
2. Tidak Ada Kejelasan Hubungan
Kita bisa bertahan dalam rindu, tapi tidak dalam ketidakpastian. Cinta butuh arah, bukan cuma rasa. Jika satu pihak terus memberi tanpa tahu ke mana arah hubungan ini, lama-lama ia lelah. Sebab tidak ada yang ingin mencintai sendirian dalam hubungan yang seharusnya untuk dua orang.
3. Kurangnya Empati
Cinta tak selalu butuh jawaban, kadang hanya butuh didengarkan. Tapi ketika keluh tak pernah ditanggapi, tangis dianggap berlebihan, dan luka dianggap lemah, maka perasaan yang dulu hangat bisa berubah dingin. Empati adalah jembatan cinta tanpa itu, dua hati pun hanya akan saling menjauh.
4. Rasa Dimanfaatkan
Tulus mencintai tak sama dengan rela diperalat. Ketika seseorang terus memberi perhatian, pengertian, bahkan pengorbanan, namun hanya dibalas dengan kepentingan sepihak, maka ia akan belajar. Bahwa mencintai pun harus tahu batas agar tidak kehilangan diri sendiri.
5. Komunikasi yang Tak Pernah Nyambung
Cinta bukan cuma kata “sayang” yang diulang-ulang. Ia tumbuh dari percakapan yang jujur, dari keinginan untuk saling mengerti. Jika komunikasi hanya terjadi saat ada masalah, atau justru diabaikan saat dibutuhkan, maka yang tersisa hanyalah dua hati yang berjalan sendiri-sendiri.
6. Perbedaan Nilai yang Terlalu Jauh
Cinta bisa menyatukan banyak hal, tapi tidak semua hal bisa disatukan oleh cinta. Ketika dua orang mencintai tapi hidup dengan pandangan yang bertolak belakang, maka yang sering terjadi bukan kompromi, tapi pengorbanan yang berat sebelah. Dan lama-lama, cinta pun kehabisan alasan untuk bertahan.
7. Terlalu Sering Dikecewakan
Tidak semua luka cinta datang dari pertengkaran besar. Banyak cinta yang retak karena kecewa kecil yang terus-menerus. Janji yang tidak ditepati, sikap yang berubah, kata-kata yang menyakitkan tapi diulang, semua itu perlahan memudarkan rasa percaya. Dan saat percaya hilang, cinta pun ikut menghilang.
8. Lingkungan yang Meracuni
Kadang cinta tak mati karena masalah di antara dua orang, tapi karena suara-suara dari luar yang meracuni. Opini orang lain, tekanan keluarga, teman yang meremehkan, atau bahkan lingkungan yang tak mendukung, bisa membuat seseorang yang semula tulus merasa cintanya tidak layak untuk diperjuangkan.
Catatan:
Cinta yang dingin bukan berarti cinta yang hilang. Tapi bisa jadi, itu cinta yang lelah. Ia telah berjuang terlalu lama sendirian, bertahan tanpa tempat berpijak, dan akhirnya memilih diam agar tak terus terluka.
Maka ketika seseorang yang tulus mulai abai, jangan buru-buru menilai dia berubah. Bisa jadi, dia hanya sedang mengobati dirinya sendiri, dan untuk sementara, mencintai dirinya lebih dulu daripada mencintai orang lain yang tak pernah benar-benar hadir.