JAKARTA – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus memperkuat kolaborasi pentahelix untuk percepatan penurunan stunting di Indonesia.
Langkah ini diwujudkan melalui talkshow Solidaritas GENTING “Tumbuh Tanpa Batas” yang digelar bersama Tribun Network di Studio 1 Menara Kompas, Jakarta, Rabu (15/10).
Acara ini menghadirkan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, Wakil Menteri Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, CEO Tribun Network Dahlan Dahi, serta berbagai mitra dari unsur pemerintah, dunia usaha, dan lembaga sosial.
Dalam sambutannya, Menteri Wihaji menegaskan, GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting) adalah gerakan sosial kolaboratif yang dibangun atas dasar kepedulian bersama, bukan berbasis dana APBN.
“Program GENTING ini tidak menggunakan dana APBN. Kami membangun gerakan ini dengan semangat gotong royong dan kepedulian mitra pentahelix,” tegas Wihaji.
Ia menjelaskan, bantuan dari BUMN, BUMD, dan lembaga sosial disalurkan langsung ke penerima manfaat tanpa perantara kementerian. Pendekatan ini, kata dia, membuat bantuan lebih cepat diterima masyarakat tanpa terkendala prosedur administratif.
Hingga Oktober 2025, tercatat 271 ribu orang tua asuh telah bergabung dalam gerakan ini, membantu lebih dari 1,1 juta anak melalui edukasi dan 185 ribu intervensi gizi.
“Kalau dikapitalisasi, bantuan yang tersalurkan mencapai 291 miliar. Ini bentuk nyata solidaritas bangsa,” ungkapnya.
Wihaji menyebut, berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting nasional masih berada di angka 19,8 persen.
“Artinya, dari 10 balita, dua di antaranya mengalami stunting. Itu berarti dua anak kehilangan kesempatan untuk tumbuh sehat dan cerdas,” ujarnya.
Ia menegaskan, stunting bukan hanya soal gizi, tapi juga sanitasi, akses air bersih, hingga edukasi pernikahan dini. Karena itu, GENTING fokus pada intervensi di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Kalau gagal di seribu hari pertama kehidupan, hanya 20 persen anak stunting yang bisa disembuhkan. Artinya kita kehilangan 80 persen potensi generasi masa depan,” jelasnya.
Menurut Wihaji, ide lahirnya GENTING terinspirasi dari Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) dan semangat kedermawanan masyarakat Indonesia yang tertinggi di dunia.
“Indonesia dikenal sebagai bangsa paling dermawan. Sebanyak 66 persen masyarakat suka membantu orang tak dikenal. Gerakan kebaikan seperti GENTING akan selalu menemukan jalan,” kata Wihaji.
Ia menutup sambutannya dengan ajakan untuk menurunkan angka stunting menuju 14 persen pada 2029.
“Saya yakin, dengan kolaborasi dan keyakinan, Indonesia akan baik-baik saja,” pungkasnya.