SURABAYA – Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Achmad Nurdjayanto dari Fraksi Golkar, angkat bicara terkait banjir yang melanda sejumlah wilayah di Surabaya akibat hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (15/3) siang hingga malam.

Menurutnya, kondisi geografis Surabaya yang terletak di daerah hilir membuat kota ini rawan terhadap luapan air, terutama karena lokasinya berada di antara aliran Bengawan Solo dan Sungai Brantas.

“Kemarin itu hujan turun merata, sehingga tampungan air benar-benar membutuhkan wadah yang sangat luas. Kebetulan, Surabaya ini berada di daerah hilir. Bagian utara terdampak aliran Bengawan Solo, sedangkan bagian selatan terkena aliran Sungai Brantas. Jadi, seluruh aliran bermuara di Surabaya,” ujarnya, pada saat dikonfirmasi oleh media tikta.id Senin (17/3). 

Maka Achmad menyebut, bahwa peningkatan debit air mengakibatkan luapan di beberapa sungai di Surabaya. “Tapi alhamdulillah, setelah saya cek, genangan air sudah mulai surut dalam waktu kurang dari enam jam,” tambahnya. 

Oleh karena itu, Achmad mengapresiasi langkah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam menangani banjir. Pasalnya, pada tahun 2024, banjir sudah mulai teratasi, meskipun masih diperlukan pembenahan dan optimalisasi agar rencana penanggulangan banjir dapat terealisasi sepenuhnya. Selain itu, ia menekankan bahwa pemerintah kota telah merencanakan penyelesaian berbagai kekurangan yang masih ada.

“Kita lihat, banjir sudah tidak bertahan lebih dari sehari, dan ini merupakan sebuah pencapaian. Keberhasilan ini perlu terus didorong dan dijaga agar banjir tidak kembali seperti dulu. Saat ini, permasalahan banjir sudah mulai terurai pada tahun 2024,” paparnya.

Selain banjir yang kini tidak bertahan lebih dari sehari, ia juga mendorong Pemerintah Kota untuk bersikap tegas dan konsekuen dalam menetapkan durasi maksimal genangan air.

“Kita harus tegas dalam hal ini. Misalnya, genangan tidak boleh bertahan lebih dari 4 hingga 6 jam. Jika melebihi batas tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi bersama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang masih ada,” urainya

Dengan begitu ia, menyarankan untuk penanganan banjir bukan hanya sekadar membangun gorong-gorong, tetapi juga harus memperhatikan elevasi saluran air.

“Kalau elevasi tidak diperhatikan, genangan akan tetap terjadi,” tutupnya.