PONOROGO – Dua tokoh asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama dan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko (Kang Giri), menjadi figur publik yang paling disukai masyarakat. Hasil survei dari Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) menempatkan keduanya di posisi teratas dalam hal popularitas dan kesukaan publik.
Direktur ARCI Baihaki Sirajt menjelaskan, 72,4 persen responden mengenal sosok Lia Istifhama, dan 71,7 persen di antaranya menyatakan menyukainya.
“Lia Istifhama memiliki tingkat kesukaan tertinggi di antara anggota DPD RI asal Jawa Timur,” ujarnya, Senin (13/10).
Sementara itu, Kang Giri juga menempati posisi pertama sebagai kepala daerah paling populer di Jawa Timur. Ia dikenal oleh 61,7 persen responden, dan 57,3 persen menyatakan menyukainya. Di bawahnya ada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dengan tingkat kesukaan 42,9 persen, dan Bupati Jember Muhammad Fawaid dengan 20,4 persen.
Menariknya, dua tokoh terpopuler ini sempat bertemu dalam suasana akrab di Pendopo Agung Ponorogo. Dalam pertemuan itu, Ning Lia dan Kang Giri saling memuji dan berbalas pantun. Keduanya tampak hangat dan dekat dengan masyarakat.
Menurut Ning Lia, kepopuleran Kang Giri bukan hal yang mengherankan.
“Tak heran Kang Giri jadi bupati terpopuler. Karakternya membumi, dekat dengan rakyat, dan konten-kontennya di media sosial selalu viral. Pernah, live-nya ditonton jutaan orang,” kata Lia.
Ning Lia juga menambahkan pesan bijak dari Imam Ibnu Athoillah tentang pentingnya berteman dengan orang baik.
“Kalau dalam bahasa Jawa, kita gandol saja ke Kang Giri supaya ikut dapat berkahnya,” ujarnya sambil tersenyum.
Sementara itu, Kang Giri juga memuji sosok Ning Lia sebagai politisi yang tulus dan cerdas.
“Sekarang ini sulit mencari politisi yang baik. Tapi Ning Lia ini unik. Jujur, ceplas-ceplos tapi tulus, dan itu yang membuat masyarakat menyukainya,” kata Kang Giri.
Dalam kesempatan itu, Kang Giri menjelaskan makna kata “Friend” yang sering ia gunakan ketika bertemu warga. Menurutnya, kata itu sama dengan “sahabat” atau “konco”, yang berarti setara dan terbuka.
“Masyarakat hanya ingin pemimpin yang setara dan terbuka, tapi tetap menjaga rasa persaudaraan,” tambahnya.
Pertemuan dua tokoh populer ini menunjukkan gaya kepemimpinan yang disukai masyarakat Jawa Timur yaitu rendah hati, dekat dengan rakyat, dan menjunjung semangat gotong royong.
Baik Ning Lia maupun Kang Giri sepakat bahwa popularitas bukan tujuan utama.
“Pemimpin yang besar bukan yang sering dipuji, tapi yang terus bekerja dengan hati,” tutup Kang Giri.