SURABAYA – Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 pada 17 Agustus, fenomena pengibaran bendera bajak laut One Piece di sejumlah daerah di Indonesia turut menjadi perhatian publik.
Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, turut menanggapi fenomena tersebut dengan nada tegas. Menurutnya, jika fenomena serupa ditemukan di Surabaya, Pemerintah Kota (Pemkot) harus mengambil sikap tegas demi menjaga kondusivitas di Kota Pahlawan.
“Jika ditemukan di Surabaya, Pemkot harus bertindak tegas terhadap maraknya pengibaran bendera One Piece. Jangan sampai Surabaya ikut-ikutan dan hal ini justru mengganggu ketertiban menjelang hari kemerdekaan,” tegas politisi yang akrab disapa Cak Yebe, Minggu (3/8).
Politisi asal Partai Gerindra tersebut menilai bahwa pengibaran bendera selain Merah Putih, terutama yang bukan simbol resmi negara, sangat tidak tepat dilakukan dalam konteks perayaan kenegaraan.
“Bagaimanapun juga, bendera Merah Putih adalah simbol negara. Tidak elok jika disandingkan dengan simbol lain, apalagi yang terindikasi sebagai simbol perlawanan,” lanjutnya.
Cak Yebe juga mendorong Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Surabaya untuk bersikap proaktif dalam memantau potensi pelanggaran terhadap simbol-simbol kenegaraan. Menurutnya, Bakesbangpol memiliki peran strategis dalam menjaga semangat nasionalisme dan ketertiban jelang momen-momen penting kenegaraan.
“Bakesbangpol harus turun tangan bila terdapat indikasi penyalahgunaan simbol atau pengibaran bendera yang bisa menimbulkan multitafsir dan gangguan terhadap ideologi bangsa. Penguatan edukasi soal nasionalisme sangat penting, terutama di kalangan generasi muda,” ujarnya.
Selain penegakan aturan, ia juga mendorong kampanye dan edukasi publik untuk lebih digencarkan. Menurutnya, Hari Kemerdekaan RI harus dijadikan momentum pemersatu bangsa, bukan malah diwarnai tren budaya populer yang tidak relevan.
“Perayaan HUT RI adalah momen refleksi atas perjuangan bangsa. Jangan sampai ternodai oleh tren-tren budaya populer yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan,” pungkas Cak Yebe.