SURABAYA – Dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-65, sejumlah legislator yang juga merupakan mantan aktivis PMII memberikan catatan, reflektif terkait peran dan tantangan PMII ke depan.
Anggota Komisi D DPRD Surabaya, Imam Syafi’i, menyampaikan, bahwa momentum Harlah ini harus dijadikan refleksi bagi PMII sebagai organisasi kader, untuk terus berperan dalam perubahan menuju Indonesia yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan tema peringatan Harlah tahun ini, yakni “Generasi Hebat Penggerak Perubahan.”
“PMII sudah tidak asing bagi masyarakat, terutama warga Nahdliyyin. Di usia ke-65 tahun ini, PMII harus bisa hadir dan memberi manfaat nyata, terlebih saat bangsa ini membutuhkan gerakan-gerakan masyarakat seperti masa lalu,” kata Imam.
Ia menyoroti, bahwa banyak kebijakan pemerintah saat ini tidak berpihak pada rakyat. Oleh karena itu, ia mendorong PMII untuk tampil di garda terdepan dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat. Imam juga berharap agar identitas PMII, sebagai aktivis jalanan tetap dipertahankan, namun dengan penyesuaian terhadap isu-isu kekinian.
“PMII harus membawa isu-isu kerakyatan. Selain aksi turun ke jalan, kader-kader PMII juga harus aktif turun ke masyarakat, membuat diskusi-diskusi kecil agar lebih matang dalam kepemimpinan,” ujarnya.
Lebihnya imam menambahkan, bahwa Indonesia saat ini tengah mengalami defisit pemimpin ideal. Banyak pejabat, baik legislatif maupun eksekutif, muncul secara instan tanpa proses kaderisasi yang matang.
“Momentum Harlah ini harus jadi bekal agar kader PMII, bisa mengisi ruang-ruang jabatan publik. Ketika mereka berjuang di jalanan, nantinya mereka juga bisa mempraktikkan idealisme ketika menjabat,” lanjutnya.
Terkait gerakan mahasiswa saat ini, Imam menilai militansi dan jumlahnya tak sekuat masa lalu. Ia menduga ada kedekatan yang terlalu erat antara mahasiswa dengan penguasa.
“Kedekatan itu boleh saja, tapi jangan sampai membuat gerakan mahasiswa kehilangan idealisme. Penguasa kadang sengaja ingin membungkam gerakan mahasiswa lewat intervensi kegiatan. Maka, PMII harus tetap militan dan bersama rakyat mendorong perubahan,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi A DPRD Surabaya, M. Syaifuddin, mengatakan bahwa PMII sebagai organisasi kader harus tetap istiqomah berpihak pada kaum mustadh’afin (kaum tertindas). Ia menekankan pentingnya kontribusi nyata PMII bagi bangsa dan negara, terutama di era digitalisasi.
“PMII kini berusia 65 tahun. Kalau diibaratkan manusia, ini usia yang seharusnya sudah matang dalam kontribusi dan kedewasaan. Maka kader PMII harus memahami isu-isu global, geopolitik, hingga ekonomi dan hukum,” ujar Syaifuddin.
Ia juga menyoroti, besarnya jumlah kader PMII sebagai kekuatan yang luar biasa. Namun, ia mengibaratkan PMII seperti kapal feri besar yang harus menyiapkan sekoci-sekoci kecil untuk bisa menjangkau sungai-sungai kecil dan sampai ke tujuan dengan baik.
“PMII hari ini harus menyiapkan kader-kader sebagai sekoci-sekoci itu. Mereka harus bisa berlayar dan bersaing di berbagai medan perjuangan,” pungkasnya.