SURABAYA – Pesantren Al-Khoziny Buduran, Kabupaten Sidoarjo, menyerahkan santunan berupa uang tunai kepada keluarga almarhum Muhammad Sholeh bin Abdurrahman (22), salah satu korban wafat akibat runtuhnya Musholla putra Pesantren Al-Khoziny pada Senin (29/9).
Sholeh merupakan santri asal Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Santunan itu disampaikan langsung oleh Dewan Pengasuh Pesantren Al-Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib, sebagai wujud duka cita mendalam sekaligus permohonan maaf kepada keluarga korban.
“Kami turut berbelasungkawa. Semoga almarhum Sholeh wafat dalam keadaan husnul khatimah, karena meninggal saat shalat dan dalam posisi sebagai penuntut ilmu,” ujar kiai yang akrab disapa Kiai Mamad, Kamis (2/10).
Namun, santunan duka serta biaya pemulangan jenazah yang diberikan pihak pesantren diterima lalu dikembalikan oleh Abdul Fattah, kakak kandung korban. Ia menegaskan, keluarga berterima kasih atas kepedulian pesantren, namun memilih tidak menerima santunan tersebut.
“Kami tidak menolak karena alasan tertentu, hanya ingin mendapatkan ridhonya kiai dan guru di pesantren. Semoga doa dan ridho beliau menjadi keberkahan bagi almarhum dan keluarga kami yang ditinggalkan,” ungkap Abdul Fattah dengan penuh keikhlasan.
Peristiwa ini mencerminkan ketulusan hubungan santri dengan kiai serta pesantren. Pihak keluarga berharap almarhum husnul khatimah, sementara keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dalam menghadapi cobaan ini.
Hingga kini, tim SAR gabungan masih terus melakukan pencarian terhadap santri yang diduga tertimbun reruntuhan mushala. Berdasarkan informasi terakhir, sebanyak 120 santri berhasil dievakuasi.
Musibah ini menewaskan tiga santri, yakni Maulana Alfian Ibrahim, warga Kali Anyar Kulon Surabaya; Mochammad Mashudulhaq, asal Surabaya; serta Muhammad Sholeh, asal Bangka Belitung.