JAKARTA – Bagaimana jika cinta punya bab-bab seperti dalam buku petunjuk? Manual of Love, film asal Italia karya Giovanni Veronesi, mencoba merangkumnya dalam empat fase yang tak asing bagi siapa pun yang pernah jatuh cinta: jatuh cinta, krisis, pengkhianatan, dan patah hati.

Film ini dibagi menjadi empat segmen, masing-masing menyoroti pasangan berbeda dengan benang merah: dinamika cinta yang tak bisa diprediksi.

1. Babak Jatuh Cinta – “Innamoramento”

Giulia (Jasmine Trinca) dan Tommaso (Silvio Muccino) mewakili fase paling manis. Dua anak muda yang bertemu secara kebetulan, lalu larut dalam euforia cinta pertama. Dunia tampak cerah, segala hal terasa mungkin. Tapi seperti musim, cinta juga punya siklus.

2. Babak Krisis – “Crisi”

Barbara (Margherita Buy) dan Marco (Sergio Rubini) menggambarkan cinta yang mulai retak. Pernikahan yang dulunya hangat berubah menjadi ladang adu argumen. Film menggambarkan bagaimana rutinitas, ego, dan komunikasi yang tumpul bisa menggerogoti fondasi paling kuat.

3. Babak Pengkhianatan – “Tradimento”

Orang ketiga muncul, bukan sebagai godaan, tapi sebagai pelarian. Paolo (Carlo Verdone) menemukan dirinya terjebak antara rasa bersalah dan gairah. Ini bagian paling getir—di mana cinta diuji oleh ketidaksetiaan dan penyangkalan.

4. Babak Penolakan dan Patah Hati – “Abbandono”

Orang yang ditinggalkan menjadi pusat cerita. Gabriele (Luciano Melchionna), seorang polisi lalu lintas yang ditinggal istrinya, mencoba bertahan dengan kebiasaan dan ingatan. Sendiri, tapi tidak sepenuhnya hilang.

Keempat kisah ini tidak disatukan oleh plot, tapi oleh satu narasi: bahwa cinta tidak pernah sederhana. Masing-masing episode membawa kita merenung bahwa di balik senyum dan air mata dalam hubungan, selalu ada pelajaran yang tertinggal.

Dengan nuansa ringan, sinematografi hangat, dan selipan humor khas Italia, Manual of Love tidak menawarkan solusi, melainkan cermin. Film ini tidak menceramahi, tapi membiarkan penonton merasa, memahami, lalu menerima bahwa cinta memang datang dengan berbagai wajah.

Pesan moralnya: cinta bukanlah satu momen indah atau satu kesalahan pahit melainkan perjalanan yang kompleks, berliku, dan selalu pantas untuk dipelajari.