JAKARTA – Apa yang tersisa setelah mimpi tercapai? Film Martin Eden, adaptasi bebas dari novel klasik karya Jack London, menjawabnya lewat narasi yang pahit dan penuh kontemplasi.

Disutradarai Pietro Marcello, film ini memindahkan latar cerita dari Amerika ke Italia, namun tetap mempertahankan inti pergulatan seorang pria dari kelas pekerja yang ingin naik derajat melalui kekuatan kata-kata. Martin (diperankan gemilang oleh Luca Marinelli) pelaut miskin yang jatuh cinta pada Elena, perempuan dari keluarga borjuis. Cinta itu memicu ambisi. Ia mulai menulis, membaca, dan mengorbankan segalanya demi bisa “layak” duduk di meja para elit.

Tapi Martin Eden bukan kisah kemenangan ala Hollywood. Ketika akhirnya sukses sebagai penulis, Martin tidak bahagia. Kekaguman yang dulu ia kejar kini terasa hampa. Elena yang dulu memujanya, menjauh. Dunia yang ia dambakan justru tampak palsu, rapuh, dan membosankan. Semakin tinggi ia naik, semakin dalam jurang batin yang ia rasakan

Potret Pribadi yang Jadi Kritik Sosial

Pietro Marcello menampilkan Martin Eden dalam visual yang surealis dan melankolis. Film ini seolah melompati waktu, menjahit fragmen sejarah dengan suasana yang tak pasti seperti isi kepala tokohnya sendiri. Di satu sisi, ini adalah kisah pribadi seorang pemimpi. Di sisi lain, ini adalah kritik terhadap masyarakat yang menilai manusia dari status dan pencapaian.

Film ini dengan tajam memperlihatkan ironi: Martin berjuang keras untuk menjadi bagian dari kelas yang dulu meremehkannya, hanya untuk menyadari semua itu tidak membuatnya lebih manusia.

Kekosongan yang Disampaikan dengan Lembut

Martin Eden bukan film yang ringan. Dialognya padat, ritmenya pelan, dan emosinya terkubur dalam tatapan kosong sang tokoh utama. Tapi justru di situlah kekuatannya. Film ini tidak menyuruh kita mengagumi Martin, melainkan mengajak kita memahami kesepian yang lahir dari keberhasilan yang tak punya akar.

Catatan

Martin Eden merupakan refleksi getir tentang harga dari ambisi, dan tentang dunia yang tak benar-benar tahu apa yang dicari. Sebuah karya yang menunjukkan keberhasilan tanpa kejelasan nilai hanya akan membuat seseorang jadi asing bagi dirinya sendiri.