SURABAYA – Pengajian 11 Muharram 1447 Hijriyah di Pendopo Agung Eyang Sawunggaling Kampung Lidah Donowati Kecamatan Lakarsantri digelar secara khidmat. Berbagai kalangan masyarakat Yang hadir tampak berdoa secara Khusu’ dalam majelis pengajian berharap di Tahun Baru Muharram mendapatkan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT.

Pembacaan Wirid, Tahlil diikuti prosesi pemotongan tumpeng , Bubur Suro hingga Minum Susu Sapi asli sebagai wujud kontemplasi memohon ampunan kepada Allah SWT sekaligus membuka lembaran baru di tahun mendatang.

Cak Imat, tokoh budaya, dalam kesempatan di Pendopo Sawunggaling, menyampaikan pesan Proklamator Bung Karno: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah” yang menurutnya wajib dikenang dan dijalankan.

“Sawunggaling yang merupakan putra Adipati Jayengrono Penguasa Surabaya saat itu di didik sebagai rakyat biasa hingga melalui perjalanan kehidupan bermakna pada saat nanti Eyang Sawunggaling memimpin”, kata Cak Imat

Kader PDIP Surabaya Achmad Hidayat yang memberikan sambutan mengucapkan terimakasih atas kerja keras tokoh budayawan, tokoh agama dan masyarakat dalam melestarikan nilai luhur budaya kota surabaya dengan merawat kawasan Pendopo Eyang Sawunggaling.

“Tidak hanya merawat bangunannya , namun juga merawat semangatnya bahwa surabaya itu egaliter dan kental semangat Gotong-royong. Memimpin Kota ini harus dengan Hati dan Nyali sehingga tercipta keteraturan,”tegas Achmad, Selasa (8/7).

Dirinya juga berterimakasih atas pemberian Ayam Jago bernama “Bagong” oleh Pengurus Pendopo Agung Eyang Sawunggaling sebagai simbol tidak kenal menyerah dan selalu gigih dalam mempertahankan prinsip.

“Bagong adalah sosok Punokawan yang selalu memberi masukan kepada pemimpin , mungkin bahasanya kadang pating pecotot tapi maksud dan niatnya baik untuk kemaslahatan bersama . Saya dedikasikan untuk Walikota Eri Cahyadi dan Ketua DPRD Adi Sutarwijono”, tegas Achmad Hidayat