SURABAYA – Tradisi mudik Lebaran kembali menjadi perhatian seiring meningkatnya mobilitas masyarakat jelang Hari Raya Idulfitri 2025. Ketua Aliansi Wartawan Surabaya (AWS), Kiki Kurniawan, menyoroti berbagai dampak sosial dari fenomena tahunan ini.

Menurut Kiki, mudik memiliki nilai positif yang kuat dalam mempererat hubungan keluarga. “Momentum ini menjadi ajang berkumpulnya sanak saudara, memperkuat tali silaturahmi, serta menjaga tradisi turun-temurun,” katanya, Kamis (27/3).

Selain itu, mudik juga berdampak pada ekonomi lokal. Arus pemudik kerap membawa keuntungan bagi pelaku usaha di daerah tujuan, seperti pedagang kecil dan penyedia jasa transportasi.

“Ada efek domino bagi sektor ekonomi. Perputaran uang di kampung halaman meningkat, yang secara langsung membantu perekonomian masyarakat setempat,” jelasnya.

Tak hanya itu, Kiki menilai mudik sebagai bagian dari pelestarian budaya.

Di balik euforia mudik, Kiki mengingatkan bahwa ada konsekuensi yang perlu diantisipasi. Salah satunya adalah kemacetan panjang yang menjadi pemandangan rutin setiap musim mudik.

“Tradisi ini bukan sekadar perjalanan pulang, tapi juga bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi,” katanya.

“Lonjakan jumlah kendaraan di jalur utama kerap memicu kepadatan ekstrem. Ini perlu diantisipasi dengan rekayasa lalu lintas yang efektif,” ungkapnya.

Tingkat kriminalitas juga berpotensi meningkat. Rumah-rumah yang ditinggalkan pemiliknya menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan.

Tak kalah penting, ia menyoroti beban ekonomi yang harus ditanggung pemudik.

“Kasus pencurian rumah kosong dan kejahatan di perjalanan, seperti penipuan dan hipnotis, sering terjadi di momen seperti ini. Mudik bukan perkara murah. Dari tiket perjalanan, akomodasi, hingga oleh-oleh, semua membutuhkan anggaran besar. Ini bisa menjadi tekanan tersendiri bagi sebagian orang,” imbuhnya.

Selain itu, ada risiko kesehatan yang perlu diperhatikan, terutama dalam konteks penyebaran penyakit.

“Kita belajar dari pandemi Covid-19 bahwa mobilitas tinggi bisa menjadi faktor penyebaran wabah. Maka, kesiapan fisik dan kesehatan juga harus menjadi prioritas,” tegasnya.

Kiki juga mengingatkan masyarakat agar lebih bijak dalam mengelola rencana mudik.

“Persiapan matang sangat penting, baik dari sisi finansial, mental, maupun kesehatan. Tradisi ini harus tetap dijaga, tapi dengan mitigasi risiko agar dampak negatifnya bisa diminimalkan,” pungkasnya.