SURABAYA – Acara diskusi terbuka, Munio!, kembali digelar di pendopo kampus Stikosa AWS, Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya, Jumat (21/3), di tengah hujan lebat yang mengguyur kota Surabaya.
Bertema ”Puasa, Menahan Diri atau Menahan Lapar”, acara Munio ke-6 dilanjutkan dengan istigosah dan pemberian bingkisan & santunan lebaran kepada puluhan anak yatim dari Panti Asuhan Yatim Assalafiyah Surabaya serta buka puasa bersama.
Ketua Stikosa AWS, Jokhanan Kristiyono, menyatakan rasa harunya acara buka puasa bersama jajaran Dosen & Tendik, pengurus Yayasan, tamu undangan yang hadir serta anak-anak yatim ini terselenggara dengan lancar.
“Guyup rukun dan santun akan terus kita upayakan di lingkungan kampus sehari-hari,” katanya, Sabtu (22/3)
Dipandu Athok Murtadhlo, Gagas Aji dan Clara Devita, acara tersebut menghadirkan sejumlah narasumber. Antara lain Suprawoto (mantan Bupati Magetan 2 periode) yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur (YPWJT).
Zainal Arifin Emka (ex Wapemred Harian Surabaya Post yang juga Dosen Stikosa AWS), Muhajir Sulthonul A. (Ketua RTIK Jawa Timur), Probo Darono, Sigit (Ahli Filologi) dan Ratna Puspita Sari (Wakil Ketua Stikosa AWS).
Sebagai pegiat TIK, Muhajir mengatakan, puasa tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga hendaknya jari juga ikut berpuasa.
“Artinya, menahan diri dari komen amarah maupun kalimat tidak senonoh di media sosial. Hal senada disampaikan Ratna Puspita. Ia menyayangkan konten mokel (membatalkan puasa) yang cukup marak di berbagai platform medsos.” tuturnya.
Menurut Zainal Arifin, puasa harus dilakukan dengan kesadaran agar bisa memaknai hakekat puasa, tidak hanya menjalankan kewajiban.
“Puasa harus dilakukan dengan kesadaran agar bisa memaknai hakekatnya,” ujar dia
Sejak diadakan pertama kali pada awal Oktober 2024, kerja bareng dengan kolokium.id, Munio telah menjadi acara reguler tiap bulan di Stikosa AWS dan mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan. (Redho)