JAKARTA – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas untuk meningkatkan kesehatan pelajar kini menuai sorotan serius. Ribuan siswa di berbagai wilayah Indonesia dilaporkan mengalami gangguan kesehatan usai mengonsumsi makanan dari program tersebut.

Data nasional mencatat ada 4.711 kasus dugaan keracunan. Pulau Jawa menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi, yakni 2.606 kasus dari 27 temuan. Sumatra melaporkan 1.281 kasus, sementara Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua mencatat 824 kasus dari 11 kejadian.

Menanggapi kondisi ini, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, mendorong pemerintah segera membentuk tim investigasi khusus untuk menelusuri penyebab pasti gangguan kesehatan tersebut.

“Investigasi ini penting karena belum tentu semua kasus benar-benar akibat keracunan. Harus dipastikan secara menyeluruh, baik dari aspek keamanan makanan, kualitas menu, hingga kinerja dapur penyedia MBG,” ujar Lia dalam keterangannya, yang diterima, Rabu (24/9).

Senator yang dikenal aktif dalam isu sosial itu juga menegaskan perlunya pengawasan ketat terhadap dapur penyedia MBG. Menurutnya, standar keamanan pangan harus menjadi prioritas utama, seiring dengan tujuan peningkatan gizi pelajar.

Selain aspek keamanan, Lia menyoroti pentingnya keterlibatan UMKM dalam pengadaan makanan bergizi. Ia menilai, peran UMKM lokal tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat.

“UMKM harus dilibatkan lebih luas. Pemerataan ini bukan hanya soal distribusi usaha, tetapi juga soal kepercayaan. Masyarakat akan lebih percaya jika makanan disiapkan oleh pelaku usaha lokal yang mereka kenal,” tegasnya.

Saat ini, sistem penyediaan MBG masih terpusat pada beberapa dapur besar dengan kapasitas pesanan tinggi. Lia menilai hal itu menyulitkan pengawasan dan distribusi. Karena itu, ia mendorong agar setiap sekolah dapat bermitra dengan UMKM di sekitarnya.

“Idealnya, setiap sekolah bisa bermitra dengan UMKM sekitar. Distribusi akan lebih cepat, segar, dan aman. Pemerintah bersama BGN harus segera memformulasikan ulang sistem MBG,” tambahnya.

Kasus terbaru terjadi di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Sebanyak 45 pelajar SD hingga SMA/SMK di Kecamatan Cipongkor mengalami mual dan muntah setelah menyantap makanan MBG pada Senin (22/9/2025). Dinas Kesehatan setempat mengonfirmasi bahwa makanan tersebut berasal dari salah satu dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayah tersebut.

Lia menegaskan, peristiwa ini harus menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG.

“Program MBG tetap penting untuk masa depan anak-anak kita. Tapi sistemnya harus benar, aman, dan merata. Ini saat yang tepat untuk membenahi semuanya,” pungkasnya.