TAIPEI — Taiwan menegaskan posisinya sebagai pelopor transformasi hijau dunia dengan meluncurkan langkah ambisius menuju emisi nol bersih pada tahun 2050. Melalui kebijakan nasional yang berani dan partisipasi luas lintas sektor, Taiwan memperkuat komitmen globalnya dalam menghadapi krisis iklim sekaligus menegaskan tanggung jawabnya sebagai mitra strategis dalam rantai pasok dunia.
Menteri Lingkungan Hidup Taiwan, Peng Chi-ming, dalam pernyataannya Oktober 2025 menegaskan bahwa Taiwan siap menetapkan tonggak sejarah baru dalam transformasi global dengan menggabungkan inovasi, tata kelola transparan, dan keterlibatan publik yang luas.
“Kami tidak hanya menyesuaikan diri dengan standar global, tetapi juga berupaya menjadi katalis dalam aksi iklim dunia. Net-zero bukan sekadar target, tetapi jalan menuju masa depan yang adil dan berkelanjutan bagi semua,” tegas Peng.
Sejalan dengan target pengendalian suhu global 1,5°C, Taiwan pada tahun 2025 secara resmi meluncurkan Kontribusi Nasional yang Ditentukan (NDC) 2035, yang menandai peta jalan transisi rendah karbon negara itu. Target pengurangan emisi gas rumah kaca Taiwan kini meningkat menjadi:
26–30% pada 2030,
36–40% pada 2035,
dibandingkan dengan tingkat dasar 2005.
Langkah ini dipertegas melalui penerbitan rutin National Inventory Report (NIR) dan Biennial Transparency Report (BTR) sebagai bentuk akuntabilitas publik terhadap kemajuan pengurangan emisi.
Sejak menjabat pada 2024, Presiden Lai Ching-te meluncurkan Proyek Harapan Nasional yang menegaskan arah kebijakan “Pertumbuhan Hijau dan Transisi Net-Zero 2050”.
Lima strategi utama disusun untuk mempercepat transformasi: Pengembangan strategi energi hijau cerdas, Transformasi ganda industri digital dan hijau, Penerapan gaya hidup hijau berkelanjutan, Pemerintah sebagai penggerak utama transisi, Transisi adil yang tidak meninggalkan siapa pun.
Bahkan, National Climate Change Committee di bawah Kantor Kepresidenan kini memimpin koordinasi lintas lembaga, memastikan sinergi antara kebijakan energi, ekonomi, dan sosial.
Menjelang COP30 di Belém, Brasil, Taiwan mengumumkan NDC 3.0—rangkaian komitmen yang secara sukarela diselaraskan dengan pedoman UNFCCC COP28 dan Paris Agreement Article 4.
Proses penyusunannya mengutamakan partisipasi luas publik, industri, akademisi, kelompok masyarakat sipil, pemuda, dan komunitas adat. Pendekatan partisipatif ini mencerminkan inklusivitas dan kesetaraan sosial dalam setiap kebijakan iklim Taiwan.
Tahun 2025 juga menjadi momentum penting dengan dimulainya Sistem Pungutan Karbon Nasional.
Tarif awal sekitar USD10 per ton COe menjadi langkah pertama menuju penerapan mekanisme cap-and-trade yang lebih matang.
Langkah ini tidak hanya menekan emisi hingga 37 juta ton COe pada 2030, tetapi juga membuka jalan bagi keterhubungan pasar karbon internasional sebuah terobosan penting untuk ekonomi ekspor Taiwan yang berorientasi global.
Selain mitigasi, Taiwan memperluas jangkauan kebijakan adaptasinya dengan Rencana Aksi Adaptasi Nasional mencakup tujuh sektor utama, mulai dari infrastruktur vital, air, dan pertanian hingga kesehatan dan keanekaragaman hayati.
Aliansi Strategi Adaptasi Gelombang Panas yang baru dibentuk tahun ini menjadi contoh konkret sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam memperkuat ketahanan menghadapi ekstremitas cuaca yang meningkat.
Menjelang UNFCCC COP30, Taiwan menyerukan agar dunia membuka ruang partisipasi yang inklusif.
“Perubahan iklim tidak mengenal batas politik. Dunia hanya dapat mencapai net-zero melalui kolaborasi yang adil dan terbuka. Kami siap menjadi bagian dari solusi global,” ujar Peng Chi-ming.
Dengan semangat Global Mutirão aksi kolektif dunia yang akan diusung pada COP30—Taiwan menegaskan tekadnya untuk tidak hanya menjadi pengikut, melainkan pemimpin nyata dalam transformasi hijau global.